Baca Juga
MyMisteri Leony Li - Sudah sebulan ini saya sekeluarga resmi jadi penghuni rumah adikku di kota Salatiga, Jawa Tengah. Sebelumnya aku menetap di kota Gudeg karena memang aslinya kelahiran disana dan mendapatkan pekerjaan juga di kota asliku itu.
Di Salatiga yang berhawa sejuk ini adikku Waryanti hidup bahagia bersama suaminya Hendra di sebuah perumahan, dekat tempat kerjanya. Hendra seorang kontraktor bangunan yang sedang naik daun sehingga proyek-proyeknya bertebaran di mana-mana.
Uang selalu berlimpah, mungkin inilah awalnya tragedi yang membuat rumah tangga adikku itu terpuruk bahkan sampai membawa korban jiwa. Adikku tewas sangat mengenaskan. Ironisnya semua keluarga tidak ada yang tahu termasuk aku sebagai kakaknya satu-satunya keluarga yang masih hidup.
Kedua orang tuaku memang sudah lama meninggal dunia, kami hanya dua bersaudara dan aku saudara tuanya. Kami berpisah kira-kira lima tahun lalu, aku hidup di Jogya bersama suami dan dua orang anakku.
Waryanti diboyong suaminya Hendra ke Salatiga. Kebetulan adikku menjadi guru di sana. Mulanya kami masih saling kabar-kabaran, baik lewat telepon atau surat menyurat. Herannya sudah dua Lebaran ini adikku tidak pulang ke rumah, setiap kami telepon yang ada hanya Hendra suaminya.
Dari Hendra lah kami tahu kalau adikku sehat-sehat saja tidak ada yang perlu dikhawatirkan, cuma karena kesibukan kerja saja belum sempat menjenguk atau pulang ke Jogya. Pernah kukirim surat, namun lagi-lagi yang datang balasan seperti tadi. Di situ tulisan Hendra suaminya, bukan tulisanya adikku. Setiap ditelepon alasannya sama kesibukan kerja sehingga belum sempat bertemu.
Naluriku sebagai saudara kandung menyebut lain, pasti ini ada yang tidak beres. Maka tanpa sepengetahuan suamiku berangkatlah aku kerumah adikku di Salatiga, dan aku tidak memberitahu Hendra kalau aku akan datang.
Rumah sepi ketika aku mengetuk pintu, Hendralah yang membukakan. Tidak ada siapa-siapa selain Hendra, hanya di kamar belakang kelihatan seorang wanita masih muda. Aku belum sempat tanya siapa dia, Hendra mengatakan bahwa istrinya yang juga adikku Waryanti sedang tugas penataran di Semarang sudah tiga hari dan besok pulang.
Kulegakan hatiku dan aku bermaksud menginap sambil menunggu kedatangan adikku karena kami sudah lama tidak ketemu rindu rasanya. Hendra pun tidak keberatan, yang aku herankan sikap wanita muda yang ada di kamar belakang itu.
Tidak ada rasa kekeluargaan sama sekali, bahkan seakan-akan membenciku. Kalau dia pembantu kenapa sikapnya demikian? Kalau itu saudara Hendra pasti saya sudah mengenalnya.
Begitulah sampai hari ketiga aku dirumah adikku yang kutunggu-tunggu pun belum kelihatan, padahal hatiku semakin rindu. Hendra pun tidak bereaksi apa-apa, hanya mengatakan nanti kalau sudah rampung penataran pasti pulang. Nah, tengah malam itu ketika aku akan berangkat tidur kutatap lukisan dinding gambar adikku sendiri masih kelihatan cantik.
Seakan-akan dia juga menatapku matanya tidak bergeming sedikit pun, namun betapa terkejutnya aku di antara sorot matanya yang cantik itu kelihatan bercak-bercak darah yang menetes sehingga membasahi dinding.
Aku pikir hanya bermimpi, tetapi ketika kucubit tanganku terasa sakit. Berarti aku tidak mimpi tetapi ini kenyataan. Pagi harinya kutanyakan kepada Hendra apa yang terjadi mengenai lukisan dinding itu? Lagi-lagi Hendra mengatakan mungkin mbak Wulan kelelahan saja saking rindunya pada Waryanti timbul halusinasi yang bukan-bukan,begitu jawabnya. Namun kini aku tidak percaya, pasti ada yang tidak beres.
Setelah kuperhatikan bangunan ruang makan kini semakin sempit karena ditambah tembok tebal kurang lebih tiga bata. Karena curiga saya memukul-mukulkan palu ditembok, apa lacur yang kelihatan didalam tembok tebal itu?
Ketika tembok semakin ambrol kelihatan tubuh adikku tanpa kepala ditanam di situ masih dengan noda darah yang mengering, aku menjerit sehingga tetangga kanan-kiri mendengar dan berhamburan ingin tahu ada kejadian apa.
Polisi pun dihubungi, dan Hendra tidak berkutik setelah ketahuan perbuatannya membunuh adikku lantaran mau kawin lagi dengan perempuan muda yang kujumpai di kamar belakang.
Dan akhirnya kepala adikku pun ditemukan ditanam di bawah kamar mandi, heboh dan gegerlah penghuni perumahan itu. Konon Hendra sudah menyimpan perempuan muda yang akan dikawini lagi sudah hampir dua tahun lalu, karena adikku tidak mau dimadu maka dibunuhlah dengan cara keji.
Namun sebelum terbunuh adikku sudah menuliskan warisan rumahnya karena secara hukum sudah atas nama adikku lewat notaris, hal ini dilakukan karena Hendra hendak menjual rumah itu lantaran usahanya bangkrut. Puncaknya akan kawin lagi, maka atas usaha adikku rumah itu bisa diatas namakan dirinya dan diwariskan kepada saya sebagai saudara tuanya atau kakaknya.
Kini arwah adikku sudah merasa tenang dialam baka, dan Hendra beserta perempuan calon istrinya dijatuhi hukuman yang setimpal karena terbukti bersekongkol melakukan pembunuhan terhadap adikku Waryanti.
Lukisan itu Tiba-tiba Berdarah
4/
5
Oleh
Unknown