arial, sans-serif; font-size: 13px; height: 390px; line-height: 13px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; text-align: center; width: 640px;" type="application/x-shockwave-flash">
Sinopsis: Prince Albert (Colin Firth) memang tak pernah berharap menjadi raja Inggris. Ia tahu benar keterbatasan yang ia miliki. Tak mungkin ia memimpin sebuah negara sebesar Inggris sementara berbicara di depan umum saja sudah jadi perjuangan berat buatnya. Celakanya takdir berkata lain dan Albert harus segera naik tahta.
Sepeninggal Raja George V (Michael Gambon), Prince Edward (Guy Pearce) yang seharusnya naik tahta namun karena Edward lebih memilih melepas tahta dan menikahi Wallis Simpson (Eve Best), tak ada pilihan lain buat Albert selain mengambil alih tampuk kekuasaan. Albert tahu kalau ini bukan urusan mudah, apalagi Perang Dunia II sudah di depan pintu. Ia harus mampu mengatasi kekurangannya.
Untungnya, Elizabeth (Helena Bonham Carter), tak pernah menyerah. Setelah mencoba beberapa dokter untuk menyembuhkan gagap yang diderita Albert, Elizabeth lantas mencoba metode yang lebih tak lazim. Ia meminta Lionel Logue (Geoffrey Rush), seorang terapis dengan metode aneh, untuk menyembuhkan suaminya.
Dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Lionel, Albert akhirnya berhasil sembuh. Dari seorang pria gagap, Albert menjadi seorang raja yang mampu berpidato dan membakar semangat seluruh warga Inggris untuk menghadapi Perang Dunia II
The Pursuit Of Happyness

Sinopsis: Cerita film ini dimulai pada tahun 1981 di San Francisco, California. Linda dan Chris Gardner hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5 tahun, Christopher. Chris adalah seorang salesman yang menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone Density Scanner) portable. Scanner ini memang mampu menghasilkan gambar lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Linda, istrinya, bekerja sebagai buruh di sebuah laundry. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang semakin menumpuk. Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir mobilnya sembarangan. Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris akhirnya disita. Puncaknya, Linda pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Awalnya ia hendak membawa serta Christopher, namun urung atas permintaan Chris.
Dalam keadaan putus asa, Chris tak sengaja berjumpa dengan seseorang yang membawa Ferari warna merah. Chris bertanya kepada orang itu, pekerjaan apa yang ia lakukan sehingga mampu membeli mobil mewah? Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham. Sejak saat itu Chris memutuskan untuk berkarier sebagai pialang saham.
Chris menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Dalam masa magang yang tak dibayar itu, Chris mulai kehabisan uang. Akhirnya ia diusir dari rumah sewanya dan menjadi tuna wisma. Selama beberapa hari ia tidur di tempat-tempat umum, namun kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch. Karena keterbatasan tempat, mereka harus mengantri untuk mendapatkan kamar. Kadang mereka berhasil, kadang gagal dan terpaksa tidur diluar. Kemiskinan dan ke-tunawisma-an ini semakin mendorong tekad Chris untuk menjalankan tugas dengan giat dan mendapatkan pekerjaan di Dean Witter Reynolds.
Di akhir cerita, Chris berhasil menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.
Erin Brockovich

Film produksi tahun 2002 yang menghasilkan piala Oscar kategori aktris terbaik bagi bintang utamanya ini memulai kisahnya bahwa seorang orangtua tunggal dengan tiga anak, Erin Brockovich (Julia Roberts) mengganggur tanpa pekerjaan. Dengan putus asa Erin mencoba mencari pekerjaan tapi selalu gagal mendapatnya.
Tidak hanya itu, iapun kalah dalam gugatan hukum terhadap seorang dolter sehubungan dengan kecelakaan mobil yang menimpanya. Tidak heran jika Erin menyalahkan pengacaranya, Ed Masry (Albert Finney) yang gagal membuatnya menang dalam perkara hukum itu.
Masry ternyata merasa bersalah pada kliennya itu sehingga iapun memberikan pekerjaan bagi Erin di sebuah firma hukumnya. Padahal Erin tidak punya pengalaman di bidang hukum. Tidak heran jika semua orang di firma tersebut tidak mempedulikannya, apalagi selera busana Erin buruk dan suka berbicara kasar.
Tetapi pada suatu hari ia tanpa sengaja menemukan sebuah perkara yang kelak mengubah hidupnya. Bermula dari keheranan Erin pada beberapa catatan medis yang anehnya dimasukkan ke dalam file kasus sebuah properti. karena penasaran, maka Erin pun membujuk Masry untuk mengizinkannya menyelidiki keanehan itu.
Ternyata ia menemukan kasus properti itu melibatkan sebuah perusahaan raksasa Pacific Gas & Electric Company. Rupanya perusahaan tersebut diam-diam berusaha membeli sebidang area yang terkontaminasi oleh hexavalent chromium, hasil limbah industri beracun dan berbahaya sehingga menyebabkan para penduduk yang mendiami area keracunan. Penyelidikan Erin terhadap kasus pencemaran yang dibantu Masry akhirnya membawa firma hukumnya melakukan salah satu gugatan hukum class action terbesar dalam sejarah Amerika yang ditujukan pada perusahaan yang beraset milyaran dolar.
127 Hours

Sinopsis: Hanya kemauan untuk hidup yang sangat tinggi yang membuat Aron Ralston (James Franco) berhasil menyelamatkan dirinya dari ganasnya alam. Meski terpaksa harus kehilangan satu tangannya, Aron tak pernah menyerah. Meski ia harus mendaki tebing tinggi dan berjalan bermil-mil, itu tak membuat Aron mundur. Di saat-saat tanpa kepastian ini, hanya refleksi masa lalu yang membayang di mata Aron.
Karena sebuah kecelakaan, Aron terjebak di sebuah ngarai di Utah. Dalam keadaan terluka, Aron hampir menyerah. Tak ada harapan untuk selamat. Pada saat orang-orang sadar kalau Aron hilang, semuanya bakal terlambat. Kalau Aron ingin hidup, satu-satunya cara adalah dengan menyelamatkan dirinya sendiri.
Dengan tangan yang terluka dan hampir membusuk, Aron tak punya pilihan selain harus mengamputasi tangannya sendiri. Dengan segala keberanian, Aron lantas mendaki tebing setinggi 65 kaki dan berjalan sejauh delapan mil sebelum ia akhirnya terselamatkan. Selama perjalanan, yang ada di benak Aron adalah teman-teman, kekasih, keluarga, dan dua orang pendaki yang sempat ia jumpai sebelum kecelakaan.
sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000008397989
Sinopsis: Prince Albert (Colin Firth) memang tak pernah berharap menjadi raja Inggris. Ia tahu benar keterbatasan yang ia miliki. Tak mungkin ia memimpin sebuah negara sebesar Inggris sementara berbicara di depan umum saja sudah jadi perjuangan berat buatnya. Celakanya takdir berkata lain dan Albert harus segera naik tahta.
Sepeninggal Raja George V (Michael Gambon), Prince Edward (Guy Pearce) yang seharusnya naik tahta namun karena Edward lebih memilih melepas tahta dan menikahi Wallis Simpson (Eve Best), tak ada pilihan lain buat Albert selain mengambil alih tampuk kekuasaan. Albert tahu kalau ini bukan urusan mudah, apalagi Perang Dunia II sudah di depan pintu. Ia harus mampu mengatasi kekurangannya.
Untungnya, Elizabeth (Helena Bonham Carter), tak pernah menyerah. Setelah mencoba beberapa dokter untuk menyembuhkan gagap yang diderita Albert, Elizabeth lantas mencoba metode yang lebih tak lazim. Ia meminta Lionel Logue (Geoffrey Rush), seorang terapis dengan metode aneh, untuk menyembuhkan suaminya.
Dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Lionel, Albert akhirnya berhasil sembuh. Dari seorang pria gagap, Albert menjadi seorang raja yang mampu berpidato dan membakar semangat seluruh warga Inggris untuk menghadapi Perang Dunia II
The Pursuit Of Happyness

Sinopsis: Cerita film ini dimulai pada tahun 1981 di San Francisco, California. Linda dan Chris Gardner hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5 tahun, Christopher. Chris adalah seorang salesman yang menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone Density Scanner) portable. Scanner ini memang mampu menghasilkan gambar lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Linda, istrinya, bekerja sebagai buruh di sebuah laundry. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang semakin menumpuk. Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir mobilnya sembarangan. Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris akhirnya disita. Puncaknya, Linda pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Awalnya ia hendak membawa serta Christopher, namun urung atas permintaan Chris.
Dalam keadaan putus asa, Chris tak sengaja berjumpa dengan seseorang yang membawa Ferari warna merah. Chris bertanya kepada orang itu, pekerjaan apa yang ia lakukan sehingga mampu membeli mobil mewah? Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham. Sejak saat itu Chris memutuskan untuk berkarier sebagai pialang saham.
Chris menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Dalam masa magang yang tak dibayar itu, Chris mulai kehabisan uang. Akhirnya ia diusir dari rumah sewanya dan menjadi tuna wisma. Selama beberapa hari ia tidur di tempat-tempat umum, namun kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch. Karena keterbatasan tempat, mereka harus mengantri untuk mendapatkan kamar. Kadang mereka berhasil, kadang gagal dan terpaksa tidur diluar. Kemiskinan dan ke-tunawisma-an ini semakin mendorong tekad Chris untuk menjalankan tugas dengan giat dan mendapatkan pekerjaan di Dean Witter Reynolds.
Di akhir cerita, Chris berhasil menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.
Erin Brockovich

Film produksi tahun 2002 yang menghasilkan piala Oscar kategori aktris terbaik bagi bintang utamanya ini memulai kisahnya bahwa seorang orangtua tunggal dengan tiga anak, Erin Brockovich (Julia Roberts) mengganggur tanpa pekerjaan. Dengan putus asa Erin mencoba mencari pekerjaan tapi selalu gagal mendapatnya.
Tidak hanya itu, iapun kalah dalam gugatan hukum terhadap seorang dolter sehubungan dengan kecelakaan mobil yang menimpanya. Tidak heran jika Erin menyalahkan pengacaranya, Ed Masry (Albert Finney) yang gagal membuatnya menang dalam perkara hukum itu.
Masry ternyata merasa bersalah pada kliennya itu sehingga iapun memberikan pekerjaan bagi Erin di sebuah firma hukumnya. Padahal Erin tidak punya pengalaman di bidang hukum. Tidak heran jika semua orang di firma tersebut tidak mempedulikannya, apalagi selera busana Erin buruk dan suka berbicara kasar.
Tetapi pada suatu hari ia tanpa sengaja menemukan sebuah perkara yang kelak mengubah hidupnya. Bermula dari keheranan Erin pada beberapa catatan medis yang anehnya dimasukkan ke dalam file kasus sebuah properti. karena penasaran, maka Erin pun membujuk Masry untuk mengizinkannya menyelidiki keanehan itu.
Ternyata ia menemukan kasus properti itu melibatkan sebuah perusahaan raksasa Pacific Gas & Electric Company. Rupanya perusahaan tersebut diam-diam berusaha membeli sebidang area yang terkontaminasi oleh hexavalent chromium, hasil limbah industri beracun dan berbahaya sehingga menyebabkan para penduduk yang mendiami area keracunan. Penyelidikan Erin terhadap kasus pencemaran yang dibantu Masry akhirnya membawa firma hukumnya melakukan salah satu gugatan hukum class action terbesar dalam sejarah Amerika yang ditujukan pada perusahaan yang beraset milyaran dolar.
127 Hours

Sinopsis: Hanya kemauan untuk hidup yang sangat tinggi yang membuat Aron Ralston (James Franco) berhasil menyelamatkan dirinya dari ganasnya alam. Meski terpaksa harus kehilangan satu tangannya, Aron tak pernah menyerah. Meski ia harus mendaki tebing tinggi dan berjalan bermil-mil, itu tak membuat Aron mundur. Di saat-saat tanpa kepastian ini, hanya refleksi masa lalu yang membayang di mata Aron.
Karena sebuah kecelakaan, Aron terjebak di sebuah ngarai di Utah. Dalam keadaan terluka, Aron hampir menyerah. Tak ada harapan untuk selamat. Pada saat orang-orang sadar kalau Aron hilang, semuanya bakal terlambat. Kalau Aron ingin hidup, satu-satunya cara adalah dengan menyelamatkan dirinya sendiri.
Dengan tangan yang terluka dan hampir membusuk, Aron tak punya pilihan selain harus mengamputasi tangannya sendiri. Dengan segala keberanian, Aron lantas mendaki tebing setinggi 65 kaki dan berjalan sejauh delapan mil sebelum ia akhirnya terselamatkan. Selama perjalanan, yang ada di benak Aron adalah teman-teman, kekasih, keluarga, dan dua orang pendaki yang sempat ia jumpai sebelum kecelakaan.
sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000008397989
7 Kisah Nyata Yang Diadaptasikan ke Film
4/
5
Oleh
Unknown